ASL
BADUTA METER
SEBAGAI ALAT UKUR PANJANG BADAN
ANAK
BALITA UMUR 0-2 TAHUN
A. Pendahuluan
Hasil
Riskesdas tahun 2013 untuk indeks antropometri TB/U dapat diketahui bahwa stunting pada anak balita sebesar 37,2%.
Masalah stunting ini mengalami peningkatan
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2007 sebesar 36,8% dan Riskesdas tahun 2010
sebesar 35,6%. Dampak
stunting ketika bayi dan
pada usia 2 tahun adalah anak balita memiliki score test lebih rendah dibandingkan dengan anak balita yang tidak
stunted. Severe stunting pada usia 2
tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan rendahnya kecerdasan kognitif.
Penelitian lain menunjukkan stunting
pada anak balita berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa dan
motorik halus (Adair dan Guilkey, 1997).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi
masalah gizi pada anak balita antara lain dengan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga
(UPGK), Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Diversifikasi Pangan,
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak balita gizi kurang, Monitoring
status gizi, dan Pemantauan Pertumbuhan anak balita melalui posyandu. (Kemenkes
RI, 2015). Pemantauan status gizi balita
bertujuan untuk meningkatkan
status kesehatan anak, perkembangan anak, dan kualitas hidup. Pemantauan
status gizi anak balita dilakukan di posyandu yang ada di masyarakat
dan unit pelayanan kesehatan rujukan. Kegiatan yang dilakukan adalah
penimbangan berat badan, penghitungan umur anak balita, dan pengukuran tinggi
atau panjang badan. Pengukuran tinggi atau panjang badan harus dilakukan dengan tepat, baik cara
maupun alat yang digunakan, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin
keabsahannya. Alat yang benar untuk mengukur tinggi badan anak balta umur 2–5 adalah stadiometer sedangkan untuk panjang badan anak
balita umur 0-2 tahun diukur dengan body
length/ Infantometer.
Kegiatan pengukuran panjang badan anak
balita umur 0-2 tahun dengan infantometer
di masyarakat mempunyai beberapa kendala. Dari survei yang dilakukan pada
petugas paramedis di Kabupaten Bantul dapat diketahui bahwa infantometer mempunyai berat 8,8 kg, mempunyai bentuk
yang besar sehingga tidak praktis, kalau disimpan membutuhkan
tempat yang luas, bentuknya tidak menarik, karena seperti kotak yang
membuat anak balita menjadi takut. Dikarenakan adanya kendala
dan kelemahan tersebut maka petugas paramedis dalam mengukur
panjang badan anak balita umur 0-2 tahun tidak menggunakan Infantometer. Petugas paramedis memilih menggunakan
metlin atau penggaris dari kayu untuk mengukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun.
Kelemahan
mengukur panjang badan dengan menggunakan metlin atau penggaris dari kayu
ahasil pengukuran biasa dan tidak valid. Dikarenakan
alat yang digunakan untuk mengukur panjang badan anak balita umur 0-2
tahun tidak benar, maka menyebabkan data yang dihasilkan juga tidak benar. Jika data yang
diolah tidak benar maka hasil pengolahan data, kesimpulan yang diambil, dan
semua kebijakan yang diambil menjadi tidak benar. Oleh sebab itu perlu adanya
upaya untuk membuat alat ukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun
yang tidak berat, praktis, ringkas, dan menarik.
B. Metode
- Melakukan kajian fisik dan kajian lapangan terhadap infantometer yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI sehingga bisa mengetahui kekurangan atau kelemahan dalam penggunaannya di masyarakat.
- Melakukan kajian teoritis terhadap akrilik sebagai bahan utama pembuatan infantometer alternatif.
- Melakukan penelitian tentang sensitifitas dan spesifisitas infantometer alternatif.
C. Hasil Kegiatan
- Hasil kajian fisik dan kajian lapangan terhadap infantometer yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI : infantometer berat jika diangkat, tidak ringkas, tidak praktis, dan tidak menarik.
- Hasil kajian akrilik : akrilik bahannya ringan, tidak mudah pecah (www.bumata.co.id, 2015), tahan bentur 17 kali lebih besar daripada kaca, permukaan halus dan rata, tahan cuaca, dan dapat dibuat untuk menahan beban (www.sugison.com, 2015).
- Validitas ASL Baduta Meter sebagai alat ukur panjang badan untuk mengidentufikasi kejadian stunted termasuk dalam kategori “Amat Baik”
- ASL Baduta Meter dapat diterima dengan baik di masyarakat.
D. Rekomendasi
- Kepada Petugas kesehatan
Untuk
melakukan pengukuran panjang badan balita umur 0 – 2 tahun dan menjaring
kejadian stunted pada balita dapat
menggunakan ASL Baduta Meter yang ringan, praktis, ramping dan menarik.
2. Kepada
Dinas Kesehatan
Untuk menunjang upaya promotif dan
preventive terhadap timbulnya masalah gizi stunted dan gizi buruk dapat
dilakukan pengukuran panjang badan pada balita di masyarakat melalui posyandu
dengan menggunakan ASL baduta meter.
E. Cara Pembuatan
ASL Baduta Meter
1. Alat dan Bahan
Alat dan
bahan yang dibutuhkan untuk membuat ASL Baduta Meter :
- Satu lembar akrilik 5 milimeter ukuran 100 cm X 60 cm
- Satu lembar akrilik 2 milimeter ukuran 100 cm X 30 cm
- Penggaris teknik stainless steel panjang 100 cm sebanyak 2 buah
- Engsel
- Baut dan mur
- Karet penyangga.
- Ampelas.
- Minyak tanah.
- Gerinda.
- Penggaris siku.
- Jangka sorong.
- Alat bor.
- Obeng.
- Alat tulis.
- Spidol hitam.
2. Langkah-Langkah Pembuatan
Langkah-langkah
yang dilakukan dalam pembuatan ASL Baduta Meter adalah :
a.Potong akrilik 5 milimeter menggunakan
gerinda dengan ukuran dan jumlah sebagai berikut :
1) 50 cm x 30 cm sebanyak 2 potong
2) 30 cm x 15 cm sebanyak 1 potong
3) 30 cm x 10 cm sebanyak 1 potong
4) 30 cm x 3 cm sebanyak 2 potong
5) 10 cm x 3 cm sebanyak 3 potong
6) 5 cm x 3 cm sebanyak 1 potong
(a)
(b)
Gambar 1. Potongan Bagian Statis (a)
dan Potongan Bagian Dinamis (b)
b. Potong akrilik 2 milimeter menggunakan
gerinda dengan ukuran 50 cm x 30 cm sebanyak 2 potong.
c. Potong penggaris teknik stainless steel menggunakan gerinda menjadi dua bagian yaitu 46,4 cm dan 50,6 cm
d. Haluskan semua potongan akrilik dan potongan penggaris teknik stainless steel dengan ampelas dan minyak tanah. Caranya dengan membasahi bekas potongan dengan minyak tanah, kemudian digosok dengan ampelas sampai halus dan tidak membahayakan.
e. Membuat bagian statis ASL Baduta Meter (bagian untuk batas kepala).
c. Potong penggaris teknik stainless steel menggunakan gerinda menjadi dua bagian yaitu 46,4 cm dan 50,6 cm
d. Haluskan semua potongan akrilik dan potongan penggaris teknik stainless steel dengan ampelas dan minyak tanah. Caranya dengan membasahi bekas potongan dengan minyak tanah, kemudian digosok dengan ampelas sampai halus dan tidak membahayakan.
e. Membuat bagian statis ASL Baduta Meter (bagian untuk batas kepala).
1)
Sambungkan potongan akrilik 30 cm x 10 cm dan
30 cm x 3 cm membentuk sudut 90o dengan baut.
2)
Pasang penahan (potongan akrilik 5 cm x 3 cm)
ditengah-tengah potongan 30 cm x 10 cm dengan baut.
Gambar 2. Bagian Statis ASL Baduta Meter
f. Memasang bagian statis pada potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang pertama
dengan membaut pada potongan 30 cm x 3 cm. Hasil penggabungan ini selanjutnya
disebut dengan Papan Utama 1 ASL Baduta Meter.
Gambar 3. Papan Utama 1 ASL Baduta Meter
g. Membuat bagian dinamis ASL Baduta Meter (bagian untuk batas kaki yang bisa digeser sesuai
panjang badan anak balita umur 0-23 bulan).
1)
Sambungkan potongan akrilik 30 cm x 15 cm dan
30 cm x 3 cm membentuk sudut 90o dengan baut.
2)
Pasang penggeser (potongan akrilik 10 cm x 3
cm) yang pertama ditengah-tengah potongan 30 cm x 15 cm dengan baut.
3)
Pasang potongan akrilik 10 cm x 3 cm yang
kedua dan ketiga di sisi kanan dan kiri hasil dari langkah 7.b.
Gambar 4. Bagian Dinamis ASL Baduta Meter
h. Pasang penggaris teknik stainless
steel ukuran
46,4 cm (skala ukur) di sisi kanan dan kiri Papan Utama 1 ASL Baduta Meter, lapisi
dengan potongan akrilik 2 milimeter ukuran 50 cm x 30 cm, kemudian dibaut
menyatu antara potongan akrilik 2 milimeter, penggaris teknik, dan Papan Utama 1 ASL Baduta Meter.
Gambar 5. Papan Utama 1 ASL Baduta Meter dan Skala Ukur
i. Pasang penggaris teknik stainless
steel ukuran
50,6 cm (skala ukur) di sisi kanan dan kiri potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang kedua, lapisi dengan
potongan akrilik 2 milimeter ukuran 50 cm x 30 cm kemudian dibaut menyatu
antara potongan akrilik 2 milimeter, penggaris teknik, dan potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang kedua. Hasil penggabungan ini selanjutnya disebut dengan Papan Utama 2 ASL Baduta Meter.
Gambar 6. Papan Utama 2 ASL Baduta Meter dan Skala Ukur
j. Sambungkan Papan Utama 1 ASL Baduta Meter dan Papan Utama 2 ASL Baduta Meter dengan
menggunakan engsel.
Gambar 7. Gabungan Papan Utama 1 dan Papan Utama 2
k. Pasang stiker gambar
lucu untuk anak-anak pada papan utama ASL Baduta Meter 1.
l. Pasang stiker Standar
Antropometri TB/U WHO 2005 pada papan utama ASL Baduta Meter 2.
m. Pasang stiker nama merek ASL Baduta Meter pada papan utama ASL Baduta Meter
1 dan papan utama ASL Baduta Meter 2.
n. Pasang karet penyangga pada 4 (empat) titik sudut papan utama ASL Baduta
Meter 1 dan papan utama ASL Baduta Meter 2.
o. ASL Baduta Meter siap untuk digunakan untuk mengukur panjang badan anak
balita umur 0-2
tahun.
F. Cara Penggunaan
ASL Baduta Meter
Pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun, ibu harus membantu proses pengukuran dengan
tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Sebelum mulai mengukur panjang badan, pastikan sepatu, kaos kaki, dan hiasan rambut anak balita umur 0-2 tahun sudah
dilepas. ASL Baduta Meter diberi alas dengan menggunakan kain kering (tanpa menutup skala) supaya anak balita umur 0-2 tahun tidak merasa dingin.
Ada dua tahap dalam kegiatan pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun, yaitu tahap persiapan ASL Baduta Meter dan tahap pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun.
1. Tahap persiapan ASL Baduta Meter meliputi :
a.
Pilih meja atau tempat yang datar
dan rata.
b.
Keluarkan ASL Baduta Meter dari
tas
c.
Luruskan ASL Baduta
Meter dari lipatan dan taruh di atas meja atau tempat yang datar.
d.
Pasang bagian dinamis
pada papan ASL Baduta Meter.
e.
Geser bagian dinamis
mengikuti arah papan ASL Baduta Meter untuk memastikan bagian dinamis dapat
digerakkan menyesuaikan skala pengukuran.
2.
Tahap pengukuran panjang
badan anak balita umur 0-2 tahun adalah :
a. Telentangkan anak di atas papan ASL Baduta Meter dengan posisi kepala menempel
pada bagian statis.
b. Pastikan bagian puncak kepala
menempel pada bagian statis
c. Pastikan posisi kepala sudah
benar dengan mengatur muka anak menghadap lurus
kedepan tegak lurus terhadap papan ASL Baduta Meter.
d. Pastikan posisi bagian belakang kepala, punggung, pantat,
betis, dan tumit menempel secara tepat pada papan ASL Baduta Meter.
e. Geser bagian dinamis sampai seluruh bagian kedua
telapak kaki menempel pada bagian dinamis (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki).
Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel di bagian dinamis.
f. Baca panjang badan anak dari
angka yang ditunjukkan bagian
dinamis pada papan ASL Baduta Meter kemudian dicatat.
g. Anak diturunkan dari papan ASL Baduta Meter.
h. Tentukan status gizi anak dengan cara melihat tabel
Standar Antropometri PB/U WHO 2005 yang terdapat pada papan ASL Baduta Meter 2.
G.
Perawatan
ASL Baduta Meter
- Bersihkan ASL Baduta Meter setelah digunakan dengan cara mengelap semua papan dengan kain kering.
- Lepas bagian dinamis dan lipat papan ASL Baduta Meter..
- Masukkan ASL Baduta Meter ke dalam tas dan disimpan ditempat kering.