Kamis, 23 Juli 2015

Antropometri Bayi dan Balita

Antropometri Bayi dan Balita



I. Pendahuluan
            Sejumlah laporan telah menguraikan penggunaan yang sesuai dan interpretasi antropometri untuk bayi dan anak-anak. Penggunaan dan interpretasi pengukuran pertumbuhan mungkin akan berbeda bermakna menurut tujuan klinis individu atau untuk tujuan kesehatan masyarakat.
            Pengukuran yang tepat dan interpretasi status fisik tidak banyak manfaatnya apabila tidak ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan kesehatan dan keadaan gizi anak atau masyarakat luas. Indeks antropometri banyak digunakan sebagai criteria utama dalam menilai kecukupan pangan dan tingkat pertumbuhan bayi dan anak. Aplikasi dari criteria ini menjadi semakin sulit karena para pakar dibidang gizi semakin menyadari
            Bahwa pola pertumbuhan seseorang sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi untuk jangka relative lama. Masalah ini semakin dipersulit karena banyaknya orang yang tidak mengerti bahwa pertumbuhan orang per-orang  satu sama lain bervariasi.

II. Terminologi dan Klasifikasi
            Di seluruh dunia ada tiga indeks yang banyak digunakan yaitu membanding ukuran tinggi dan atau berat dengan kurva acuan (standar): tinggi untuk umur (TB/U), berat untuk umur (BB/U) dan berat untuk tinggi (BB/TB) dan akhir-akhir ini adalah indeks massa tubuh (IMT = BMI). Meskipun ke-empat indeks ini saling terkait satu sama lain, masing-masing indeks mempunyai arti spesifik didasarkan atas proses atau hasil gangguan pertumbuhan. Tambahan pula rentangan defisit status fisik menurut masing-masing indeks sangat bervariasi menurut lokasi masyarakat atau daerah, region dan populasi. Sebagai contoh, pada keadaan pangan normal, jumlah anak dengan tinggi badan untuk umur dibawah normal cenderung lebih banyak di banding jumlah anak dengan berat badan untuk tinggi dibawah normal.
            Defisit satu indeks antropometri atau lebih merupakan indikasi adanya ‘kekurangan gizi’ dimasyarakat.  Namun keadaan defisit tersebut tidak dapat dikatakan hanya karena kekurangan konsumsi energi atau zat gizi saja, banyak factor yang terkait sebagai penyebab. Rendahnya ukuran antropometri merupakan indikasi kekurangan gizi pada saat ini dan dimasa lampau ditingkat seluler yang disebabkan karena rendahnya konsumsi makanan dan atau serangan infeksi yang berulang-ulang, dan atau karena adanya gangguan absorbsi zat-zat gizi. Kombinasi dan interaksi kekurangan gizi dan infeksi merupakan penyebab utama gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak. Karenanya hasil pengukuran antropometri tidak bisa secara langsung digunakan untuk menjelaskan gangguan pertumbuhan: interpretasi tergantung pada indeks antropometri yang digunakan, penyebab gangguan, dan mungkin keadaan social ekonomi masyarakat.
            Kalangan ahli menyatakan kekurangan gizi (malnutrition) berarti bentuk ‘wasting = kurus’ yang parah dengan kondisi klinik yang disebut marasmus dan kwashiorkor. Namun, sebenarnya kekurangn gizi juga dapat berbentuk kekurangan gizi tingkat ringan dan tingkat sedang dengan karakteristik satu atau lebih indeks antropometri yang sangat kurang. Terminologi ‘gizi salah’, ‘kurang gizi, dan ‘kurang energi-protein’ telah banyak digunakan untuk menjelaskan keadaan antropometri dibawah normal, dan mempunyai makna penting untuk advokasi. Namun penggunaan terminology dan indeks antropometri serta interpretasinya harus digunakan secara tepat. Hasil ukuran antropometri yang abnormal berkaitan dengan ‘kelebihan konsumsi pangan’ yang disebut ‘berat badan lebih’ atau obesitas. Karenanya, sangatlah menolong apabila terminology ‘gizi salah = malnutrition’ dijelaskan dengan indeks antropometri secara spesifik, misalnya gizi salah atau kekurangan gizi didasarkan atas ‘berat badan menurut tinggi rendah’.
Tabel 1. Terminologi indeks antropometri didasarkan atas berat dan tinggi badan
Indeks antroponmetri
Terminologi outcome
Terminologi  Proses

Penjelasan
Tinggi untuk Umur rendah
Pendek

Stunted
-

Stunting( pertambahan tinggi badan tidak sesuai dengan umur)
-

Indikasi kekurangan gizi yang relative lama dan serangan infeksi berulang-ulang
Berat Badan untuk Tinggi rendah
Kurus

Wasted
-

Wasting (pertambahan berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan
-

Indikasi  berkurangnya berat badan yang terus menerus dan berlanjut
Berat Badan untuk Tinggi atau indeks massa tubuh jauh diatas normal atau
Keberatan

Berat Badan Lebih
-

Pertambahan berat badan yang berlebih
-

Indikasi obesitas
Berat untuk Umur rendah
Enteng

Kurang Berat
-

Pertanmbahan berat badan tidak sesuai dengan umur atau kehilangan berat badan
-

Indikasi stunting dan atau wasting
Berat untuk Umur berlebih
Keberatan

Kelebihan berat badan
-

Pertambahan berat badan yang berlebihan tidak sesuai dengan umur
-

Indikasi kelebihan berat badan yang dapat berakibat obesitas.
Sumber: WHO 1995

2.1. Tinggi untuk Umur (TB/U)
            Indeks ini merefleksikan pertumbuhan linier yang dicapai dan bila nilainya rendah dibawah normal mengindikasikan gangguan kesehatan dan gizi yang telah berlangsung relatif lama. Salah satu terminologi yaitu ’panjang’ dan ’tinggi’ badan perlu mendapat perhatian mengingat tehnik pengukuran dan subjek yang diukur memeiliki kekhususan tersendiri. Pengukuran panjang badan (recumbent length) dilakukan pada subjek yang belum mampu berdiri tegak sempurna, bayi dan anak berumur 0-3 tahun. Subjek diukur pada posisi terlentang dengan alat yang dirancang khusus. Sementara itu, pengukuran tinggi badan (stature) dilakukan pada subjek yang telah mampu berdiri dengan sempurna.
            Interpretasi penting yang perlu mendapat perhatian kita semua adalah ’tinggi menurut umur’ dibawah normal (low height-for-age) yang sering disebut ’pendek’ atau shortness. Penggunaan istilah ’pendek atau shortness’ tidaklah menunjukkan proses patologik, namun merefleksikan ’keragaman normal’ (normal variation). Terminologi yang menunjukkan keadaan patologik adalah ’stunting’ yang diartikan sebagai ’pendek patologis’ yang merefleksikan proses kegagalan mencapai potensi pertumbuhan linier sebagai akibat dari keadaan kesehatan yang rendah dan asupan gizi yang tidak memenuhi kebutuhan. Titik potong yang akhir-akhir ini banyak digunakan adalah <-2 SD dari baku WHO. Dari berbagai penelitian tampak bahwa prevalensi ’stunting’ mulai meningkat pada usia 3 bulan kemudian berkurang pada usia sekitar 3 tahun, dan diikuti kesejajaran dengan baku WHO. Ini berarti bahwa untuk anak-anak dibawah 3 tahun, ’tinggi menurut umur’ dibawah normal (low height-for-age) menunjukkan ’kegagalan pertumbuhan = failing to grow’ atau ’stunting’; sedangkan untuk anak-anak diatas 3 tahun keadaan seperti itu merefleksikan ’telah gagal untuk tumbuh = having failed to grow’ atau ’being stunted’. Karena defisit tinggi badan merupakan hasil proses yang berlangsung lama maka istilah ’kekurangan gizi kronis’ sering juga digunakan sebagai pengganti ’tinggi untuk umur’ rendah.

2.2. Berat Badan untuk Tinggi Badan (BB/TB)
            Indeks ini merefleksikan keadaan berat badan terhadap tinggi badan seseorang. Penting untuk dicatat bahwa BB/TB tidaklah dapat digunakan untuk mengganti indeks BB/U atau TB/U karena masing-masing indeks merefleksikan proses biologik yang berbeda.
            Berat Badan untuk Tinggi badan yang rendah menunjukkan keadaan yang dapat disebut ’kurus = thin’, namun terminologi ini tidak menunjukkan proses patologi. Istilah ’wasting’ lebih sering digunakan untuk menjelaskan proses yang parah dan baru saja terjadi (recent and severe process) yang berdampak penurunan berat badan yang drastis sebagai akibat kekurangan asupan makanan yang akut atau terserang penyakit yang parah. Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa puncak meningkatnya prevalensi ’wasting’ pada usia 2 tahun.
            WHO, 1995, mengingkatkan bahwa istilah ’acute malnutrition’, ’current malnutrition, dan ’severe malnutrition’ atau ’chronic malnutrition’ tidaklah sama dengan ’wasting’. Rendahnya prevalensi wasting tidaklah berarti bahwa prevalensi stunting juga rendah. Sementara itu, BB/TB rendah tidaklah selalu ’baru saja terjadi = be of recent onset’ tetapi dapat juga karena kondisi kronis yang terjadi di masyarakat (kemiskinan atau kekurangan pangan).
            Berat Badan untuk Tinggi Badan diatas normal merefleksikan ’kelebihan berat = overweight’. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara BB/TB diatas normal dengan obesitas. Karenanya, BB/TB dapat digunakan sebagai indikator obesitas.

2.3. Berat Badan untuk Umur (BB/U)
            Indeks Berat Badan untuk Umur menunjukkan besaran massa tubuh untuk umur kronologis. Berat Badan untuk Umur dipengaruhi tinggi anak (TB/U) dan beratnya (BB/TB) dan ini berdampak semakin kompleksnya interpretasi yang harus dibuat. Namun, pada masyarakat dengan prevalensi ’wasting’ yang sangat rendah, informasi yang diperoleh dari tingginya prevalensi BB/U dan TB/U (low w-for-a and low h-for-a) menunjukkan bahwa anak-anak telah mengalami gangguan kesehatan dan gizi dalam jangka waktu yang relatif lama. Perubahan situasi yang terjadi dalam waktu singkat yang berakibat meningkatnya prevalensi BB/U berdampak meningkatnya prevalensi BB/TB. Secara global tampak bahwa prevalensi BB/U yang rendah menurut kelompok umur secara relatif sama dengan prevalensi TT/U yang rendah. Ini menunjukkan bahwa ’BB/U yang rendah = low w-for-a’ merefleksikan ’TB/U yang rendah = low h-for-a’ dan ’BB/TB yang rendah = low w-for-h’. WHO, 1996, menjelaskan bahwa terminologi ’enteng = lightness’ diusulkan sebagai istilah yang digunakan untuk BB/U dibawah normal; sedangkan ’berat badan kurang = underweight’ digunakan untuk menunjukkan keadaan patologik. Baku rujukan yang dipublikasi oleh CDC, 2000, hanya menyajikan data tinggi badan antara 77 – 121 cm

2.4. Lingkar Lengan Atas
            Lingkar Lengan Atas (LiLA) diusulkan sebagai alternatif indeks bila pengukuran tinggi dan berat badan tidak memungkinkan untuk dilakukan misalnya dalam keadaan darurat atau bencana alam. Dalam keadaan seperti itu, keadaan darurat, LiLA yang rendah berdasarkan titik batas 12,5 cm telah digunakan sebagai proksi ’wasting = low w-for-h). Namun komparasi kedua indeks ini tidak dianjurkan karena korelasinya rendah sekali. Studi gizi di masyarakat menunjukkan bahwa LiLA merupakan alat peramal (prediktor) kematian anak (childhood mortality) yang lebih baik dibanding Berat atau Tinggi Badan. Keuntungan penting menggunakan LiLA adalah alat ukur yang relatif amat sederhana dan penggunaan titik batas 12,5 cm. Penggunaan titik batas 12,5 cm ini didasarkan bahwa pada anak-anak 1-4 tahun pertambahan LiLA hanya sebesar 1 cm. Namun perlu pula diperhatikan bahwa kesalahan pengukuran 0,5 cm berdampak ’misclassification’ status gizi.

2.5. Indeks Massa Tubuh
            Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah membagi berat badan dengan tinggi badan (meter) kuadrat (BB/TB*TB). Indeks ini sudah banyak digunakan pada orang dewasa  untuk menilai berat badan lebih dan obesitas serta kurang energi kronis. WHO, 1995, telah menerbit baku IMT untuk umur 9-20 tahun menurut jenis kelamin; sedangkan CDC telah menerbitkan baku IMT untuk umur 2-20 tahun menurut jenis kelamin.

2.6. Indeks dan Titik Batas (cut-off-point)

           

Untuk pelaporan hasil pengukuran dikenal tiga cara yang akan diuraikan dibawah ini.


a.      Persen Median
Persen median adalah rasio nilai ukuran tubuh seseorang terhadap median rujukan dan nilai median rujukan adalah 100%. Cara ini telah dikenal dan digunakan oleh para ahli terutama sebelum terbitnya rujukan WHO 1983. Seminar antropometri 1975 di Jakarta menggunakan cara ini untuk menilai keadaan gizi balita di Indonesia.

b.     Percentile
      Nilai percentile menceritakan posisi ranking seseorang dalam nilai distribusi rujukan pada umur tertentu dan nilai percentile 50 adalah nilai median rujukan.

c.      Z-score
Z-score atau sering disebut juga standard deviation (SD) unit sudah lama dianjurkan oleh Jelliffe (1966) dan Waterlow (1977), WHO (1983) dan WHO(1995) untuk diguna-kan dalam menilai keadaan gizi balita. Pelatihan antropometri 1991 di Ciloto telah sepakat untuk menggunakan cara ini dalam penilaian keadaan gizi. Cara menghitung z-score adalah sebagai berikut

                        Xi – (Md rujukan)
Z-SCORE =  -------------------------           Contoh:  z-score = 0 à median rujukan
                                SD ref


CDC telah menerbitkan tehnik perhitungan z-score untuk dibuat dalam program komputer sebagai berikut:
Menentukan z-score BB untuk Umur =  (((berat badan / M)** - L) – 1) / S*L
Dimana 
            M adalah nilai median berat badan untuk umur
            S adalah standar deviasi
            L adalah ’the power in the Box-Cox transformation’

Untuk menghitung sentil (centile) digunakan rumus:
            Sentil BB/U = M (1 + LSZ)1/L
Dimana
            Z adalah nilai Z-score
(Sumber: NCHS, 2000)

Berbagai klasifikasi status gizi berdasarkan baku rujukan dengan titik batas (cut-off point) telah banyak dibuat oleh para ahli dibidang gizi. Berikut ini disajikan sistem, klasifikasi, metoda dan klasifikasi yang telah digunakan baik secara internasional dan nasional.



Tabel 2. Berat badan menurut Umur (Weight-for-Age)

Sistem
Rujukan
Metoda
Klasifikasi
Gomez




Jellife




Bengoa



Kasa Project
India

WHO


Tamil Nadu



Candelaria,
Columbia

Indonesia (1975)


Indonesia (1991)
Boston




Boston




Boston



Boston


NCHS


ICMR



Boston


Boston



WHO-NCHS
% median




% median




% median



% median


SD unit
(Z-score)

Absolut per tambahan
BB

% pertam-bahan BB

 %median



Z-score
>90% : normal
90-75% : mild malnutrition (grade 1)
75-61% : moderate-malnutrition (grade 2)
<=60% : severe malnutrition (grade 3)

110-91% : normal
90-81% : mild malnutrition (grade 1)
80-61%: moderate malnutrition (grade 2 & 3)
<=60% : severe malnutrition (grade 4)

Klasifikasi Gomez, semua kasus dengan odeme dimasukkan dalam kategori severe-malnutrition

>65% : tidak berisiko
<= 65% : berisiko

> -2SD : normal
< -2SD : malnourished

6-11 bln : 500 g/bln : normal
12-35 bln: 500 g/3 bln : normal
Bila kurang à tidak cukup

<85% pertambahan BB yang seharusnya à berisiko

70 - <80% : Gizi sedang
60 - <70% : Gizi kurang
<60%        : Gizi buruk

< -3            : severe malnutrition
> -3 - < -2   : moderate malnutrition
> -2 - < -1   : mild malnutrition
> -1 - < +1  : normal






Tabel 3. Tinggi badan menurut Umur (Height-for-Age)

Sistem
Rujukan
Metoda
Klasifikasi
Kanawati & McLaren

 



WHO



CDC


Indonesia (1975)


Indonesia (1991)
Boston




Boston



NCHS


Boston



WHO-NCHS
% median




% median



% median


% median



Z-score
>=95% : normal
95-90% : mild malnutrition
90-85% : moderate malnutrition
<85% : severe malnutrition

105-93% : normal
93-80%   : short
<80%      : dwarf

>= 90%  : adequate
< 90%    : stunted atau KKP kronik

70 - <85% : Kurang
<70%        : Sangat kurang


< -3            : severe malnutrition
> -3 - < -2   : moderate malnutrition
> -2 - < -1   : mild malnutrition
> -1 - < +1  : normal




Tabel 5. Lingkar Lengan Atas menurut Umur

Sistem
Rujukan
Metoda
Klasifikasi
WHO dan
Shakir



SINAPS
Wolanski
16,5 cm



Wolanski
Disuaikan umur
% median




% median
>85% (>14 cm): normal
85-76% (14-12,5 cm): mild-moderate
                                     malnutrition
<76% (<12,5 cm) : severe malnutrition

>80% tidak berisiko
<80% berisiko




Tabel 4. Berat menurut Tinggi Badan (Weight-for-Height)
Sistem
Rujukan
Metoda
Klasifikasi
Waterlow




McLaren & Read



Patului Project
Guatemala

CDC


NCHS


Indonesia (1975)

Indonesia (1991)
Boston




Boston




Boston



NCHS


NCHS


Boston


WHO-NCHS
% median




% median




% median



% median


SD-unit
(Z-score)

% median


Z-score
110-90% : normal
90-85% : mild malnutrition
85-75% : moderate malnutrition
<75%    : severe malnutrition

110 - 90% : normal
90 - 85%   : mild malnutrition
85 - 75%   : moderate malnutrition
<75%        : severe malnutrition

>90% : normal
90-81% : moderate malnutrition
<=80% : severe malnutrition

85-80% : moderate malnutrition
<80% : wasted/acute malnutrition

> -2SD      : normal
< -2SD      : malnourished

>80 - 90% : Gizi kurang
< 80%       : Gizi buruk

< -3            : severe malnutrition
> -3 - <-2   : moderate malnutrition
> -2 - <-1   : mild malnutrition
> -1 - < +1  : normal
> +1 - < +2 : overweight
> +2            : obese




Baku rujukan yang ada saat ini dan pernah beredar di seluruh dunia disajikan dibawah ini.

a.      The Boston atau Harvard Reference Population
Data dikumpulkan oleh Stuart pada tahun 1930 – 1939 anak sehat di New-England, USA dan digabung dengan data dari Iowa yang dikumpulkan oleh Meredith pada tahun 1923;  sering disebut Stuart-Meredith Tables. Perlu diperhatikan bahwa baku ini menggunakan system umur bulan penuh (completed full month) artinya yang termasuk umur 5 bulan adalah 5 bulan 29 hari.


b.     Tanner’s Reference Population
Data dikumpulkan dari berbagai negara Eropa: Prancis, Belanda, Swedia, Swiss dan Inggris. Rajukan ini digunakan dalam pengembangan KMS di Afrika yang dikenal dengan Ilesha Road to Health Card.

c.      National Center for Health Statistics (NCHS) Reference Population
Data dikumpulkan pada tahun 1971-1974 dari 10 negara bagian di USA untuk anak 2 tahun  dan atau lebih tua sedangkan untuk 0-3 tahun berasal dari Fels Research Institute di Ohio. Data ini terus diperbaharui dengan survey NHANES II (1976-1980) dan NHANES III (1988-1994) dan hasilnya dipublikasikan pada tahun 2000 oleh CDC. Kalau diperhatikan data dari ketiga rujukan tampak bahwa nilai rujukan NCHS < dari kedua rujukan sebelumnya.

III. Usulan Titik Potong, Klasifikasi  dan Terminologi
Untuk memudahkan interpretasi hasil yang diperoleh perlu disusun indeks yang digunakan, titik batas dan indikasi keadaan gizi.

Indeks Antropometri

Titik Potong
Keadaan Gizi
Berat Badan untuk Umur
(Z-Score BB/U)
< -3
> -3 - <-2
> -2 -  < +2
> +2
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Normal
Gizi Lebih

Panjang/Tinggi Badan untuk Umur
(Z-Score PB/U – TB/U)
<-2
> -2
Stunting
Normal

Berat Badan untuk Panjang/Tinggi Badan
(Z-score BB/TB)
<-2
>-2  -  <2
>
Wasting
Normal
Gizi Lebih

Indeks Massa Tubuh
(persentil IMT menurut umur)
> 95 persentil
> 85 - <95 persentil
>5 - < 85 persentil
< 5 persentil

Obese
Gemuk
Normal
Kurus
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
<12,5 cm
Gizi Kurang



IV. Penutup

            Materi yang disajikan dalam makalah ini perlu didiskusikan secara intensif agar bisa diambil kesimpulan ilmiah yang dapat memenuhi keinginan berbagai pihak. Ini dimaksudkan agar kerancuan yang selama ini pernah terjadi dapat diselesaikan. Kesepakatan yang diperoleh tentunya perlu memperhatikan istilah-istilah dan titik potong yang berlaku secara internasional.

Kepustakaan

1.     World Health Organization, Physical Status: The Use and Interpretation of Anthropometry. Geneva: World Health Organization, 1995. WHO Technical Report Series 854.
2.     Kuczmarski RJ, Ogden C, Grummer-Strawn LM, et al. CDC Growth Charts: United States. Hyattsville, MD:U.S. Department of Health and Human Services, 2000. NCHS Advance Data Report No. 314.
3.     World Health Organization, Measuring Change in Nutritional Status: Guidelines for Assessing the Nutritional Impact of Supplementary Feeding Programmes. Geneva: World Health Organization, 1983.

4.     Waterlow JC et al. The presentation and use of height and weight data for comparing nutritional status of groups of children under the age of 10 years. Bulletin of the World Health Organization, 1977:489-498.