Minggu, 27 September 2015

BADUTA METER


ASL BADUTA METER
 SEBAGAI ALAT UKUR PANJANG BADAN
ANAK BALITA UMUR 0-2 TAHUN



   
A.  Pendahuluan

Hasil Riskesdas tahun 2013 untuk indeks antropometri TB/U dapat diketahui bahwa stunting pada anak balita sebesar 37,2%. Masalah stunting ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2007 sebesar 36,8% dan Riskesdas tahun 2010 sebesar 35,6%. Dampak stunting ketika bayi dan pada usia 2 tahun adalah anak balita memiliki score test lebih rendah dibandingkan dengan anak balita yang tidak stunted. Severe stunting pada usia 2 tahun memiliki hubungan yang signifikan dengan rendahnya kecerdasan kognitif. Penelitian lain menunjukkan stunting pada anak balita berhubungan dengan keterlambatan perkembangan bahasa dan motorik halus (Adair dan Guilkey, 1997).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah gizi pada anak balita antara lain dengan Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK), Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Diversifikasi Pangan, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk anak balita gizi kurang, Monitoring status gizi, dan Pemantauan Pertumbuhan anak balita melalui posyandu. (Kemenkes RI, 2015). Pemantauan status gizi balita bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan anak, perkembangan anak, dan kualitas hidup. Pemantauan status gizi anak balita dilakukan di posyandu yang ada di masyarakat dan unit pelayanan kesehatan rujukan. Kegiatan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, penghitungan umur anak balita, dan pengukuran tinggi atau panjang badan. Pengukuran tinggi atau panjang badan harus dilakukan dengan tepat, baik cara maupun alat yang digunakan, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin keabsahannya. Alat yang benar untuk mengukur tinggi badan anak balta umur 2–5 adalah stadiometer sedangkan untuk panjang badan anak balita umur 0-2 tahun diukur dengan body length/ Infantometer.
Kegiatan pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun dengan infantometer di masyarakat mempunyai beberapa kendala. Dari survei yang dilakukan pada petugas paramedis di Kabupaten Bantul dapat diketahui bahwa infantometer mempunyai berat 8,8 kg, mempunyai bentuk yang besar sehingga tidak praktis, kalau disimpan membutuhkan tempat yang luas, bentuknya tidak menarik, karena seperti kotak yang membuat anak balita menjadi takut. Dikarenakan adanya kendala dan kelemahan tersebut maka petugas paramedis dalam mengukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun tidak menggunakan Infantometer. Petugas paramedis memilih menggunakan metlin atau penggaris dari kayu untuk mengukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun. Kelemahan mengukur panjang badan dengan menggunakan metlin atau penggaris dari kayu ahasil pengukuran biasa dan tidak valid. Dikarenakan alat yang digunakan untuk mengukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun tidak benar, maka menyebabkan data yang dihasilkan juga tidak benar. Jika data yang diolah tidak benar maka hasil pengolahan data, kesimpulan yang diambil, dan semua kebijakan yang diambil menjadi tidak benar. Oleh sebab itu perlu adanya upaya untuk membuat alat ukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun yang tidak berat, praktis, ringkas, dan menarik.
           

B.  Metode
  1. Melakukan kajian fisik dan kajian lapangan terhadap infantometer yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI sehingga bisa mengetahui kekurangan atau kelemahan dalam penggunaannya di masyarakat.
  2. Melakukan kajian teoritis terhadap akrilik sebagai bahan utama pembuatan infantometer alternatif.
  3. Melakukan penelitian tentang sensitifitas dan spesifisitas infantometer alternatif.

C.  Hasil Kegiatan
  1. Hasil kajian fisik dan kajian lapangan terhadap infantometer yang dikeluarkan oleh Kemenkes RI : infantometer berat jika diangkat, tidak ringkas, tidak praktis, dan tidak menarik.
  2. Hasil kajian akrilik : akrilik bahannya ringan, tidak mudah pecah (www.bumata.co.id, 2015), tahan bentur 17 kali lebih besar daripada kaca, permukaan halus dan rata, tahan cuaca, dan dapat dibuat untuk menahan beban (www.sugison.com, 2015).
  3. Validitas ASL Baduta Meter sebagai alat ukur panjang badan untuk mengidentufikasi kejadian stunted termasuk dalam kategori “Amat Baik”
  4. ASL Baduta Meter dapat diterima dengan baik di masyarakat


D.  Rekomendasi
  1. Kepada Petugas kesehatan

Untuk melakukan pengukuran panjang badan balita umur 0 – 2 tahun dan menjaring kejadian stunted pada balita   dapat menggunakan  ASL Baduta Meter yang ringan, praktis, ramping dan menarik.

2.  Kepada Dinas Kesehatan

Untuk menunjang upaya promotif dan preventive terhadap timbulnya masalah gizi stunted dan gizi buruk dapat dilakukan pengukuran panjang badan pada balita di masyarakat melalui posyandu dengan menggunakan ASL baduta meter.



E.  Cara Pembuatan ASL Baduta Meter
1.   Alat dan Bahan
      Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat ASL Baduta Meter :
  1. Satu lembar akrilik 5 milimeter ukuran 100 cm X 60 cm
  2. Satu lembar akrilik 2 milimeter ukuran 100 cm X 30 cm
  3. Penggaris teknik stainless steel panjang 100 cm sebanyak 2 buah
  4. Engsel
  5. Baut dan mur
  6. Karet penyangga.
  7. Ampelas.
  8. Minyak tanah.
  9. Gerinda.
  10. Penggaris siku.
  11. Jangka sorong.
  12. Alat bor.
  13. Obeng.
  14. Alat tulis.
  15. Spidol hitam.
2. Langkah-Langkah  Pembuatan
    Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan ASL Baduta Meter adalah :
    a.Potong akrilik 5 milimeter menggunakan gerinda dengan ukuran dan jumlah sebagai berikut :
1)   50 cm x 30 cm sebanyak 2 potong
2)   30 cm x 15 cm sebanyak 1 potong
3)   30 cm x 10 cm sebanyak 1 potong
4)   30 cm x 3 cm sebanyak 2 potong
5)   10 cm x 3 cm sebanyak 3 potong
6)     5 cm x 3 cm sebanyak 1 potong

(a) 
(b)

Gambar 1.  Potongan Bagian Statis (a) dan Potongan Bagian Dinamis (b)

      b. Potong akrilik 2 milimeter menggunakan gerinda dengan ukuran 50 cm x 30 cm sebanyak 2 potong.
 c.  Potong penggaris teknik stainless steel menggunakan gerinda menjadi dua bagian yaitu 46,4 cm dan 50,6 cm
 d.   Haluskan semua potongan akrilik dan potongan penggaris teknik stainless steel dengan ampelas dan minyak tanah. Caranya dengan membasahi bekas potongan dengan minyak tanah, kemudian digosok dengan ampelas sampai halus dan tidak membahayakan.
 e.   Membuat bagian statis ASL Baduta Meter (bagian untuk batas kepala).
     1)   Sambungkan potongan akrilik 30 cm x 10 cm dan 30 cm x 3 cm membentuk sudut 90o dengan baut.
      2)   Pasang penahan (potongan akrilik 5 cm x 3 cm) ditengah-tengah potongan 30 cm x 10 cm dengan baut.


Gambar 2. Bagian Statis ASL Baduta Meter

       f.    Memasang bagian statis pada potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang pertama dengan                       membaut pada potongan 30 cm x 3 cm. Hasil penggabungan ini selanjutnya disebut dengan             Papan Utama 1 ASL Baduta Meter.


Gambar 3. Papan Utama 1 ASL Baduta Meter
     g.  Membuat bagian dinamis ASL Baduta Meter (bagian untuk batas kaki yang bisa digeser sesuai panjang badan anak balita umur 0-23 bulan).
1)   Sambungkan potongan akrilik 30 cm x 15 cm dan 30 cm x 3 cm membentuk sudut 90o dengan baut.
2)   Pasang penggeser (potongan akrilik 10 cm x 3 cm) yang pertama ditengah-tengah potongan 30 cm x 15 cm dengan baut.
3)   Pasang potongan akrilik 10 cm x 3 cm yang kedua dan ketiga di sisi kanan dan kiri hasil dari langkah 7.b.


Gambar 4. Bagian Dinamis  ASL Baduta Meter

    h.  Pasang penggaris teknik stainless steel ukuran 46,4 cm (skala ukur) di sisi kanan dan kiri Papan Utama 1 ASL Baduta Meter, lapisi dengan potongan akrilik 2 milimeter ukuran 50 cm x 30 cm, kemudian dibaut menyatu antara potongan akrilik 2 milimeter, penggaris teknik, dan Papan Utama 1 ASL Baduta Meter.


Gambar 5. Papan Utama 1 ASL Baduta Meter dan Skala Ukur

   i. Pasang penggaris teknik stainless steel ukuran 50,6 cm (skala ukur) di sisi kanan dan kiri potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang kedua, lapisi dengan potongan akrilik 2 milimeter ukuran 50 cm x 30 cm kemudian dibaut menyatu antara potongan akrilik 2 milimeter, penggaris teknik, dan potongan akrilik 50 cm x 30 cm yang kedua. Hasil penggabungan ini selanjutnya disebut dengan Papan Utama 2 ASL Baduta Meter.


Gambar 6. Papan Utama 2 ASL Baduta Meter dan Skala Ukur

      j. Sambungkan Papan Utama 1 ASL Baduta Meter dan Papan Utama 2 ASL Baduta Meter dengan menggunakan engsel.


Gambar 7. Gabungan Papan Utama 1 dan Papan Utama 2

        k. Pasang stiker gambar lucu untuk anak-anak pada papan utama ASL Baduta Meter 1.
       l.  Pasang stiker Standar Antropometri TB/U WHO 2005 pada papan utama ASL Baduta Meter 2.
        m.  Pasang stiker nama merek ASL Baduta Meter pada papan utama ASL Baduta Meter 1 dan papan utama ASL Baduta Meter 2.
       n. Pasang karet penyangga pada 4 (empat) titik sudut papan utama ASL Baduta Meter 1 dan papan utama ASL Baduta Meter 2.
        o. ASL Baduta Meter siap untuk digunakan untuk mengukur panjang badan anak balita umur 0-2 tahun. 

F.  Cara Penggunaan ASL Baduta Meter
Pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun, ibu harus membantu proses pengukuran dengan tujuan untuk menenangkan serta menghibur anak. Sebelum mulai mengukur panjang badan, pastikan sepatu, kaos kaki, dan hiasan rambut anak balita umur 0-2 tahun sudah dilepas. ASL Baduta Meter diberi alas dengan menggunakan kain kering (tanpa menutup skala) supaya anak balita umur 0-2 tahun tidak merasa dingin.
Ada dua tahap dalam kegiatan pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun, yaitu tahap persiapan ASL Baduta Meter dan tahap pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun.
1.   Tahap persiapan ASL Baduta Meter meliputi :
a.   Pilih meja atau tempat yang datar dan rata.
b.   Keluarkan ASL Baduta Meter dari tas
c.   Luruskan ASL Baduta Meter dari lipatan dan taruh di atas meja atau tempat yang datar.
d.   Pasang bagian dinamis pada papan ASL Baduta Meter.
e.   Geser bagian dinamis mengikuti arah papan ASL Baduta Meter untuk memastikan bagian dinamis dapat digerakkan menyesuaikan skala pengukuran.
2.   Tahap pengukuran panjang badan anak balita umur 0-2 tahun adalah :
a. Telentangkan anak di atas papan ASL Baduta Meter dengan posisi kepala menempel pada bagian statis.
b.  Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian statis
c. Pastikan posisi kepala sudah benar dengan mengatur muka anak menghadap lurus kedepan tegak lurus terhadap papan ASL Baduta Meter.
d. Pastikan posisi bagian belakang kepala, punggung, pantat, betis, dan tumit menempel secara tepat pada papan ASL Baduta Meter.
e. Geser bagian dinamis sampai seluruh bagian kedua telapak kaki menempel pada bagian dinamis (dengan cara menekan bagian lutut dan mata kaki). Bila sulit dilakukan, dibenarkan hanya satu telapak kaki yang menempel di bagian dinamis.
f.   Baca panjang badan anak dari angka yang ditunjukkan bagian dinamis pada papan ASL Baduta Meter kemudian dicatat.
g.  Anak diturunkan dari papan ASL Baduta Meter.
h. Tentukan status gizi anak dengan cara melihat tabel Standar Antropometri PB/U WHO 2005 yang terdapat pada papan ASL Baduta Meter 2.

G.      Perawatan ASL Baduta Meter
  1. Bersihkan  ASL Baduta Meter setelah digunakan dengan cara mengelap semua papan dengan kain kering.
  2. Lepas bagian dinamis dan lipat papan ASL Baduta Meter..
  3. Masukkan ASL Baduta Meter ke dalam tas dan disimpan ditempat kering.



RPJMN Kesehatan 2015-2019

https://slametiskandar1.files.wordpress.com/2015/06/rpjmn-kesehatan-2015-2019.pdf

Standar Antropometri Balita Berdasarkan WHO 2005

https://slametiskandar1.files.wordpress.com/2015/06/kep-menkes-ri-ttg-standar-antropometri-2010.pdf