Antropometri Bayi dan Balita
I. Pendahuluan
Sejumlah laporan
telah menguraikan penggunaan yang sesuai dan interpretasi antropometri untuk
bayi dan anak-anak. Penggunaan dan interpretasi pengukuran pertumbuhan mungkin
akan berbeda bermakna menurut tujuan klinis individu atau untuk tujuan
kesehatan masyarakat.
Pengukuran yang
tepat dan interpretasi status fisik tidak banyak manfaatnya apabila tidak
ditindaklanjuti dengan upaya perbaikan kesehatan dan keadaan gizi anak atau
masyarakat luas. Indeks antropometri banyak digunakan sebagai criteria utama
dalam menilai kecukupan pangan dan tingkat pertumbuhan bayi dan anak. Aplikasi
dari criteria ini menjadi semakin sulit karena para pakar dibidang gizi semakin
menyadari
Bahwa pola
pertumbuhan seseorang sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi untuk
jangka relative lama. Masalah ini semakin dipersulit karena banyaknya orang
yang tidak mengerti bahwa pertumbuhan orang per-orang satu sama lain bervariasi.
II. Terminologi dan Klasifikasi
Di seluruh dunia ada
tiga indeks yang banyak digunakan yaitu membanding ukuran tinggi dan atau berat
dengan kurva acuan (standar): tinggi untuk umur (TB/U), berat untuk umur (BB/U)
dan berat untuk tinggi (BB/TB) dan akhir-akhir ini adalah indeks massa tubuh (IMT = BMI).
Meskipun ke-empat indeks ini saling terkait satu sama lain, masing-masing
indeks mempunyai arti spesifik didasarkan atas proses atau hasil gangguan
pertumbuhan. Tambahan pula rentangan defisit status fisik menurut masing-masing
indeks sangat bervariasi menurut lokasi masyarakat atau daerah, region dan
populasi. Sebagai contoh, pada keadaan pangan normal, jumlah anak dengan tinggi
badan untuk umur dibawah normal cenderung lebih banyak di banding jumlah anak
dengan berat badan untuk tinggi dibawah normal.
Defisit satu indeks
antropometri atau lebih merupakan indikasi adanya ‘kekurangan gizi’
dimasyarakat. Namun keadaan defisit
tersebut tidak dapat dikatakan hanya karena kekurangan konsumsi energi atau zat
gizi saja, banyak factor yang terkait sebagai penyebab. Rendahnya ukuran
antropometri merupakan indikasi kekurangan gizi pada saat ini dan dimasa lampau
ditingkat seluler yang disebabkan karena rendahnya konsumsi makanan dan atau
serangan infeksi yang berulang-ulang, dan atau karena adanya gangguan absorbsi
zat-zat gizi. Kombinasi dan interaksi kekurangan gizi dan infeksi merupakan
penyebab utama gangguan pertumbuhan pada bayi dan anak-anak. Karenanya
hasil pengukuran antropometri tidak bisa secara langsung digunakan untuk
menjelaskan gangguan pertumbuhan: interpretasi tergantung pada indeks
antropometri yang digunakan, penyebab gangguan, dan mungkin keadaan social
ekonomi masyarakat.
Kalangan ahli menyatakan kekurangan gizi (malnutrition) berarti
bentuk ‘wasting = kurus’ yang parah dengan kondisi klinik yang disebut marasmus
dan kwashiorkor. Namun, sebenarnya kekurangn gizi juga dapat berbentuk
kekurangan gizi tingkat ringan dan tingkat sedang dengan karakteristik satu
atau lebih indeks antropometri yang sangat kurang. Terminologi ‘gizi salah’,
‘kurang gizi, dan ‘kurang energi-protein’ telah banyak digunakan untuk
menjelaskan keadaan antropometri dibawah normal, dan mempunyai makna penting
untuk advokasi. Namun penggunaan terminology dan indeks antropometri serta
interpretasinya harus digunakan secara tepat. Hasil ukuran antropometri yang
abnormal berkaitan dengan ‘kelebihan konsumsi pangan’ yang disebut ‘berat badan
lebih’ atau obesitas. Karenanya, sangatlah menolong apabila terminology ‘gizi
salah = malnutrition’ dijelaskan dengan indeks antropometri secara spesifik,
misalnya gizi salah atau kekurangan gizi didasarkan atas ‘berat badan menurut
tinggi rendah’.
Tabel 1. Terminologi indeks antropometri didasarkan atas berat dan tinggi
badan
Indeks antroponmetri
|
Terminologi outcome
|
Terminologi Proses
|
Penjelasan
|
Tinggi untuk
Umur rendah
|
Pendek
Stunted
|
-
Stunting( pertambahan tinggi badan tidak sesuai dengan umur)
|
-
Indikasi kekurangan gizi yang relative lama dan serangan infeksi
berulang-ulang
|
Berat Badan untuk Tinggi rendah
|
Kurus
Wasted
|
-
Wasting (pertambahan berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan
|
-
Indikasi berkurangnya berat badan yang terus menerus
dan berlanjut
|
Berat Badan untuk Tinggi atau indeks massa tubuh jauh diatas normal atau
|
Keberatan
Berat Badan Lebih
|
-
Pertambahan berat badan yang
berlebih
|
-
Indikasi obesitas
|
Berat untuk Umur rendah
|
Enteng
Kurang Berat
|
-
Pertanmbahan berat badan tidak sesuai dengan umur atau kehilangan berat
badan
|
-
Indikasi stunting dan atau
wasting
|
Berat untuk Umur berlebih
|
Keberatan
Kelebihan berat badan
|
-
Pertambahan berat badan yang berlebihan tidak sesuai dengan umur
|
-
Indikasi kelebihan berat badan yang dapat berakibat obesitas.
|
Sumber: WHO 1995
2.1. Tinggi untuk Umur
(TB/U)
Indeks ini merefleksikan
pertumbuhan linier yang dicapai dan bila nilainya rendah dibawah normal
mengindikasikan gangguan kesehatan dan gizi yang telah
berlangsung relatif lama. Salah satu terminologi yaitu ’panjang’ dan ’tinggi’
badan perlu mendapat perhatian mengingat tehnik pengukuran dan subjek yang
diukur memeiliki kekhususan tersendiri. Pengukuran panjang badan (recumbent
length) dilakukan pada subjek yang belum mampu berdiri tegak sempurna, bayi dan
anak berumur 0-3 tahun. Subjek diukur pada posisi terlentang dengan alat yang
dirancang khusus. Sementara itu, pengukuran tinggi badan (stature) dilakukan
pada subjek yang telah mampu berdiri dengan sempurna.
Interpretasi penting yang
perlu mendapat perhatian kita semua adalah ’tinggi menurut umur’ dibawah normal
(low height-for-age) yang sering disebut ’pendek’ atau shortness. Penggunaan
istilah ’pendek atau shortness’ tidaklah menunjukkan proses patologik, namun
merefleksikan ’keragaman normal’ (normal variation). Terminologi yang
menunjukkan keadaan patologik adalah ’stunting’ yang diartikan sebagai ’pendek
patologis’ yang merefleksikan proses kegagalan mencapai potensi pertumbuhan
linier sebagai akibat dari keadaan kesehatan yang rendah dan asupan gizi yang
tidak memenuhi kebutuhan. Titik potong yang akhir-akhir ini banyak digunakan
adalah <-2 SD dari baku WHO. Dari berbagai penelitian tampak bahwa
prevalensi ’stunting’ mulai meningkat pada usia 3 bulan kemudian berkurang pada
usia sekitar 3 tahun, dan diikuti kesejajaran dengan baku WHO. Ini berarti
bahwa untuk anak-anak dibawah 3 tahun, ’tinggi menurut umur’ dibawah normal
(low height-for-age) menunjukkan ’kegagalan pertumbuhan = failing to grow’ atau
’stunting’; sedangkan untuk anak-anak diatas 3 tahun keadaan seperti itu
merefleksikan ’telah gagal untuk tumbuh = having failed to grow’ atau ’being
stunted’. Karena defisit tinggi badan merupakan hasil proses yang berlangsung
lama maka istilah ’kekurangan gizi kronis’ sering juga digunakan sebagai
pengganti ’tinggi untuk umur’ rendah.
2.2. Berat Badan untuk
Tinggi Badan (BB/TB)
Indeks ini merefleksikan
keadaan berat badan terhadap tinggi badan seseorang. Penting untuk dicatat
bahwa BB/TB tidaklah dapat digunakan untuk mengganti indeks BB/U atau TB/U
karena masing-masing indeks merefleksikan proses biologik yang berbeda.
Berat Badan untuk Tinggi
badan yang rendah menunjukkan keadaan yang dapat disebut ’kurus = thin’, namun
terminologi ini tidak menunjukkan proses patologi. Istilah ’wasting’ lebih
sering digunakan untuk menjelaskan proses yang parah dan baru saja terjadi
(recent and severe process) yang berdampak penurunan berat badan yang drastis
sebagai akibat kekurangan asupan makanan yang akut atau terserang penyakit yang
parah. Penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa puncak meningkatnya
prevalensi ’wasting’ pada usia 2 tahun.
WHO, 1995, mengingkatkan
bahwa istilah ’acute malnutrition’, ’current malnutrition, dan ’severe
malnutrition’ atau ’chronic malnutrition’ tidaklah sama dengan ’wasting’.
Rendahnya prevalensi wasting tidaklah berarti bahwa prevalensi stunting juga
rendah. Sementara itu, BB/TB rendah tidaklah selalu ’baru saja terjadi = be of
recent onset’ tetapi dapat juga karena kondisi kronis yang terjadi di
masyarakat (kemiskinan atau kekurangan pangan).
Berat Badan untuk Tinggi
Badan diatas normal merefleksikan ’kelebihan berat = overweight’. Berbagai
penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara BB/TB diatas normal dengan
obesitas. Karenanya, BB/TB dapat digunakan sebagai indikator obesitas.
2.3. Berat Badan untuk Umur
(BB/U)
Indeks Berat Badan untuk
Umur menunjukkan besaran massa tubuh untuk umur kronologis. Berat Badan untuk
Umur dipengaruhi tinggi anak (TB/U) dan beratnya (BB/TB) dan ini berdampak
semakin kompleksnya interpretasi yang harus dibuat. Namun, pada masyarakat
dengan prevalensi ’wasting’ yang sangat rendah, informasi yang diperoleh dari
tingginya prevalensi BB/U dan TB/U (low w-for-a and low h-for-a) menunjukkan
bahwa anak-anak telah mengalami gangguan kesehatan dan gizi dalam jangka waktu
yang relatif lama. Perubahan situasi yang terjadi dalam waktu singkat yang
berakibat meningkatnya prevalensi BB/U berdampak meningkatnya prevalensi BB/TB.
Secara global tampak bahwa prevalensi BB/U yang rendah menurut kelompok umur
secara relatif sama dengan prevalensi TT/U yang rendah. Ini menunjukkan bahwa
’BB/U yang rendah = low w-for-a’ merefleksikan ’TB/U yang rendah = low h-for-a’
dan ’BB/TB yang rendah = low w-for-h’. WHO, 1996, menjelaskan bahwa terminologi
’enteng = lightness’ diusulkan sebagai istilah yang digunakan untuk BB/U
dibawah normal; sedangkan ’berat badan kurang = underweight’ digunakan untuk
menunjukkan keadaan patologik. Baku rujukan yang dipublikasi oleh CDC, 2000,
hanya menyajikan data tinggi badan antara 77 – 121 cm
2.4. Lingkar Lengan Atas
Lingkar
Lengan Atas (LiLA) diusulkan sebagai alternatif indeks bila pengukuran tinggi
dan berat badan tidak memungkinkan untuk dilakukan misalnya dalam keadaan
darurat atau bencana alam. Dalam keadaan seperti itu, keadaan darurat, LiLA
yang rendah berdasarkan titik batas 12,5 cm telah digunakan sebagai proksi
’wasting = low w-for-h). Namun komparasi kedua indeks ini tidak dianjurkan
karena korelasinya rendah sekali. Studi gizi di masyarakat menunjukkan bahwa
LiLA merupakan alat peramal (prediktor) kematian anak (childhood mortality) yang
lebih baik dibanding Berat atau Tinggi Badan. Keuntungan penting menggunakan
LiLA adalah alat ukur yang relatif amat sederhana dan penggunaan titik batas
12,5 cm. Penggunaan titik batas 12,5 cm ini didasarkan bahwa pada anak-anak 1-4
tahun pertambahan LiLA hanya sebesar 1 cm. Namun perlu pula diperhatikan bahwa
kesalahan pengukuran 0,5 cm berdampak ’misclassification’ status gizi.
2.5. Indeks Massa Tubuh
Indeks Massa Tubuh (IMT)
adalah membagi berat badan dengan tinggi badan (meter) kuadrat (BB/TB*TB).
Indeks ini sudah banyak digunakan pada orang dewasa untuk menilai berat badan lebih dan obesitas
serta kurang energi kronis. WHO, 1995, telah menerbit baku IMT untuk umur 9-20
tahun menurut jenis kelamin; sedangkan CDC telah menerbitkan baku IMT untuk
umur 2-20 tahun menurut jenis kelamin.
2.6. Indeks dan Titik Batas (cut-off-point)
Untuk
pelaporan hasil pengukuran dikenal tiga cara yang akan diuraikan dibawah ini.
a.
Persen Median
Persen median adalah rasio nilai ukuran tubuh seseorang terhadap
median rujukan dan nilai median rujukan adalah 100%. Cara ini telah dikenal dan
digunakan oleh para ahli terutama sebelum terbitnya rujukan WHO 1983. Seminar antropometri 1975 di Jakarta
menggunakan cara ini untuk menilai keadaan gizi balita di Indonesia.
b.
Percentile
Nilai percentile menceritakan posisi ranking seseorang dalam
nilai distribusi rujukan pada umur tertentu dan nilai percentile 50 adalah
nilai median rujukan.
c.
Z-score
Z-score atau sering disebut juga standard deviation (SD) unit sudah
lama dianjurkan oleh Jelliffe (1966) dan Waterlow (1977), WHO (1983) dan
WHO(1995) untuk diguna-kan dalam menilai keadaan gizi balita. Pelatihan
antropometri 1991 di Ciloto telah sepakat untuk menggunakan cara ini dalam
penilaian keadaan gizi. Cara menghitung z-score adalah sebagai berikut
Xi
– (Md rujukan)
Z-SCORE = ------------------------- Contoh: z-score = 0 à median
rujukan
SD ref
CDC telah menerbitkan tehnik perhitungan z-score untuk dibuat dalam program
komputer sebagai berikut:
Menentukan z-score BB untuk Umur =
(((berat badan / M)** - L) – 1) / S*L
Dimana
M adalah nilai median
berat badan untuk umur
S adalah standar deviasi
L adalah ’the power in the Box-Cox
transformation’
Untuk menghitung
sentil (centile) digunakan rumus:
Sentil BB/U = M (1 + LSZ)1/L
Dimana
Z adalah nilai Z-score
(Sumber: NCHS,
2000)
Berbagai klasifikasi status gizi
berdasarkan baku
rujukan dengan titik batas (cut-off point) telah banyak dibuat oleh para ahli
dibidang gizi. Berikut ini disajikan sistem, klasifikasi, metoda dan
klasifikasi yang telah digunakan baik secara internasional dan nasional.
Tabel 2. Berat badan menurut Umur
(Weight-for-Age)
Sistem
|
Rujukan
|
Metoda
|
Klasifikasi
|
Gomez
Jellife
Bengoa
Kasa
Project
India
WHO
Tamil Nadu
Candelaria,
|
NCHS
ICMR
WHO-NCHS
|
% median
% median
% median
% median
SD unit
(Z-score)
Absolut per
tambahan
BB
% pertam-bahan BB
%median
Z-score
|
>90% :
normal
90-75% : mild
malnutrition (grade 1)
75-61% :
moderate-malnutrition (grade 2)
<=60% :
severe malnutrition (grade 3)
110-91% :
normal
90-81% : mild
malnutrition (grade 1)
80-61%:
moderate malnutrition (grade 2 & 3)
<=60% :
severe malnutrition (grade 4)
Klasifikasi
Gomez, semua kasus dengan odeme dimasukkan dalam kategori severe-malnutrition
>65% : tidak berisiko
<= 65% : berisiko
> -2SD
: normal
< -2SD : malnourished
6-11 bln : 500
g/bln : normal
12-35 bln: 500
g/3 bln : normal
Bila kurang à tidak
cukup
<85%
pertambahan BB yang seharusnya à berisiko
70 - <80% :
Gizi sedang
60 - <70% :
Gizi kurang
<60% : Gizi buruk
< -3 : severe malnutrition
> -3 -
< -2 : moderate
malnutrition
> -2 -
< -1 : mild malnutrition
> -1 -
< +1 : normal
|
Tabel 3. Tinggi badan menurut Umur
(Height-for-Age)
Sistem
|
Rujukan
|
Metoda
|
Klasifikasi
|
Kanawati & McLaren
WHO
CDC
|
NCHS
WHO-NCHS
|
% median
% median
% median
% median
Z-score
|
>=95% : normal
95-90% : mild malnutrition
90-85% : moderate malnutrition
<85% : severe malnutrition
105-93% : normal
93-80%
: short
<80% : dwarf
>= 90%
: adequate
< 90% : stunted atau KKP kronik
70 - <85% :
Kurang
<70% : Sangat kurang
< -3
: severe malnutrition
> -3 -
< -2 : moderate malnutrition
> -2 -
< -1 : mild malnutrition
> -1 -
< +1 : normal
|
Tabel 5. Lingkar
Lengan Atas menurut Umur
Sistem
|
Rujukan
|
Metoda
|
Klasifikasi
|
WHO dan
Shakir
SINAPS
|
Wolanski
16,5 cm
Wolanski
Disuaikan umur
|
% median
% median
|
>85% (>14
cm): normal
85-76% (14-12,5
cm): mild-moderate
malnutrition
<76% (<12,5 cm) : severe
malnutrition
>80% tidak berisiko
<80% berisiko
|
Tabel 4. Berat menurut Tinggi Badan
(Weight-for-Height)
Sistem
|
Rujukan
|
Metoda
|
Klasifikasi
|
Waterlow
McLaren & Read
Patului Project
CDC
NCHS
|
NCHS
NCHS
WHO-NCHS
|
% median
% median
% median
% median
SD-unit
(Z-score)
% median
Z-score
|
110-90% : normal
90-85% : mild malnutrition
85-75% : moderate malnutrition
<75%
: severe malnutrition
110 - 90% : normal
90 - 85%
: mild malnutrition
85 - 75%
: moderate malnutrition
<75% : severe malnutrition
>90% : normal
90-81% : moderate malnutrition
<=80% : severe malnutrition
85-80% : moderate malnutrition
<80% : wasted/acute malnutrition
>
-2SD : normal
< -2SD : malnourished
>80 - 90% :
Gizi kurang
< 80% : Gizi buruk
< -3 : severe malnutrition
> -3 -
<-2 : moderate malnutrition
> -2 -
<-1 : mild malnutrition
> -1 -
< +1 : normal
> +1 -
< +2 : overweight
>
+2 : obese
|
a.
The Boston atau Harvard Reference Population
Data dikumpulkan oleh Stuart pada tahun 1930 – 1939 anak sehat di
New-England , USA dan digabung dengan data dari Iowa yang dikumpulkan
oleh Meredith pada tahun 1923; sering disebut
Stuart-Meredith Tables. Perlu diperhatikan bahwa baku ini menggunakan system umur bulan penuh
(completed full month) artinya yang termasuk umur 5 bulan adalah 5 bulan 29
hari.
b.
Tanner’s Reference Population
Data dikumpulkan dari berbagai negara Eropa: Prancis, Belanda,
Swedia, Swiss dan Inggris. Rajukan ini digunakan dalam pengembangan KMS di
Afrika yang dikenal dengan Ilesha
Road to Health Card.
c.
National Center for
Health Statistics (NCHS) Reference Population
Data dikumpulkan pada tahun 1971-1974 dari 10 negara bagian di USA
untuk anak 2 tahun dan atau lebih tua
sedangkan untuk 0-3 tahun berasal dari Fels Research Institute di Ohio. Data
ini terus diperbaharui dengan survey NHANES II (1976-1980) dan NHANES III
(1988-1994) dan hasilnya dipublikasikan pada tahun 2000 oleh CDC. Kalau
diperhatikan data dari ketiga rujukan tampak bahwa nilai rujukan NCHS < dari
kedua rujukan sebelumnya.
III. Usulan Titik Potong, Klasifikasi dan Terminologi
Untuk memudahkan interpretasi hasil yang diperoleh perlu disusun indeks
yang digunakan, titik batas dan indikasi keadaan gizi.
Indeks
Antropometri
|
Titik
Potong
|
Keadaan
Gizi
|
Berat
Badan untuk Umur
(Z-Score
BB/U)
|
< -3
> -3 - <-2
> -2 - < +2
> +2
|
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Lebih
|
Panjang/Tinggi Badan untuk Umur
(Z-Score PB/U – TB/U)
|
<-2
> -2
|
Stunting
Normal
|
Berat Badan
untuk Panjang/Tinggi Badan
(Z-score BB/TB)
|
<-2
>-2
- <2
>2
|
Wasting
Normal
Gizi Lebih
|
Indeks Massa Tubuh
(persentil IMT menurut umur)
|
> 95 persentil
> 85 - <95 persentil
>5 - < 85 persentil
< 5 persentil
|
Obese
Gemuk
Normal
Kurus
|
Lingkar Lengan Atas (LiLA)
|
<12,5 cm
|
Gizi Kurang
|
IV. Penutup
Materi yang disajikan
dalam makalah ini perlu didiskusikan secara intensif agar bisa diambil
kesimpulan ilmiah yang dapat memenuhi keinginan berbagai pihak. Ini dimaksudkan
agar kerancuan yang selama ini pernah terjadi dapat diselesaikan. Kesepakatan
yang diperoleh tentunya perlu memperhatikan istilah-istilah dan titik potong
yang berlaku secara internasional.
Kepustakaan
1.
World Health Organization,
Physical Status: The Use and Interpretation of Anthropometry. Geneva : World Health Organization, 1995. WHO
Technical Report Series 854.
2.
Kuczmarski
RJ, Ogden C, Grummer-Strawn LM, et al. CDC Growth
Charts: United States .
Hyattsville , MD :U.S.
Department of Health and Human Services, 2000. NCHS Advance Data Report No.
314.
3.
World Health Organization, Measuring
Change in Nutritional Status: Guidelines for Assessing the Nutritional Impact
of Supplementary Feeding Programmes. Geneva :
World Health Organization, 1983.
4.
Waterlow JC et al. The
presentation and use of height and weight data for comparing nutritional status
of groups of children under the age of 10 years. Bulletin of the World Health
Organization, 1977:489-498.